Sabtu, November 26, 2011

#1

Anak perempuan itu masih berdiri memeluk tiang rumahnya yang berwarna putih. Ia melihat sekelompok orang yang berhenti di rumah yang berada di depan rumahnya. Matanya masih memperhatikan beberapa orang yang baru saja membawa barang-barangnya yang sangat banyak dari mobil Box besar dan masuk ke dalam rumah tersebut.

“Ibu.. Kenapa mereka menempati Rumah Bang Aji?” tanya anak perempuan itu kepada ibunya saat ibunya datang membawa makan siang.

“Keluarga Bang Aji kan sudah pindah. Makanya, rumah itu di kontrak oleh keluarga baru itu.” Jelas ibunya sesaat sebelum ia menyuapinya.

“Oohh...” anak perempuan itu mengangguk sambil mengunyah makanannya.

“Sepertinya kamu akan mendapat teman baru. Lihat.” Ibunya menunjuk kepada seorang anak laki-laki yang  berumur 2 tahun di atasnya dan adiknya kemudian tersenyum kepada keluarga baru tersebut.

“Engga ah.. Kayaknya dia sombong bu.”

“Kata siapa? Kamu kan belum kenal dengannya sayaaang. Siapa tahu ternyata dia baik padamu bukan?”
Anak perempuan itu tidak menjawab. Ia masih memperhatikan anak laki-laki itu. Semoga aku bisa berteman dengannya. Ucapnya dalam hati. Ia pun melepaskan pegangannya dan berlari masuk ke dalam rumah.

*

“Faldi !! Faldi!!” teriak seorang bapak paruh baya di depan pagar rumahnya.
Anak perempuan itu memperhatikan laki-laki paruh baya tersebut. Oooh.. ternyata namanya Faldi. Pantas saja jelek, kayak sifatnya. Namanya juga kayak Empal yang dijual di pinggir jalan. Ia masih berdiri memeluk tiang rumahnya.

Anak laki-laki tersebut menoleh. Melihat ke arah ayahnya yang memanggilnya dan beranjak pulang dari lapangan bermain samping rumahnya. Ia menuntun adiknya pulang ke rumah juga. Untuk sesaat, anak laki-laki yang bernama Faldi itu melihat ke arah anak perempuan itu. Mereka saling menatap. Berharap salah satu dari mereka ada yang menyapa duluan.

Faldi melengos. Menoleh ke arah adiknya dan berjalan cepat muju ayahnya. Anak perempuan itu melihatnya kesal. Kenapa dia sombong sekali sih.. Menyebalkan.

“Yuri!! Waktunya tidur siang.” Teriak suara seorang ibu yang tidak lain adalah ibu dari anak perempuan tersebut. Yuri melihat ke dalam rumahnya dan menjawab, “Iya bu..” dan pergi masuk ke dalam rumah.

*

“Oh iyaaa.. ada anak baru loh kak Tika. Tapi kelihatannya dia sombong. Namanya Faldi kalo gak salah.” Ucap Yuri pada teman sepermainannya yang berumur 2 tahun lebih tua darinya saat mereka berada di lapangan bermain.

“Emang iya? Engga ah.. dia baik kok. Buktinya sering nyapa. Oh iya, namanya itu Aldi, bukan Faldi tauuu..” ucapnya cuek. Anak perempuan yang bernama Tika ini masih fokus pada sebatang kayu pohon yang sudah kering. Ia masih asyik menggambar dengan tongkat kayunya.

Yuri terdiam. Ia kaget sekaligus heran dengan ucapan temannya barusan. Aldi... Oh, jadi namanya Aldi. Pikirnya. Tapi kenapa dia nyapa Kak Tika sedangkan ke aku tidak? Apa yang salah denganku? Raut wajahnya mulai berubah, ia bergegas berdiri dari ayunannya kemudian pulang ke rumahnya dan meninggalkan Tika sendirian di lapangan.

*

“Yuuriii!! Sini.. Main bareng yuk! Jangan di situ aja..” teriak sepupunya Yuri yang bernama Rina dari rumah di depannya. Ia, kak Tika dan Aldi sedang bermain entah apa itu. Tapi yang jelas, itu sungguh membuat Yuri iri dan kesal. Ia ingin sekali bermain bersama tetapi enggan untuk memulai duluan. Apalagi ada Aldi. Ia masih kesal dan tidak mau mengenalnya lebih dulu sebelum anak laki-laki itu mengajak kenalan terlebih dahulu. Ia terdiam di tempatnya, mendekap tiang rumahnya yang terasa dingin.

“Ayo, main ke sini aja.” Ucap Aldi. Yuri tersentak namun di dalam hatinya ia merasa senang. Rupanya, Aldi, anak laki-laki itu sudah mengajak dirinya mengobrol. Ia bergegas menuju rumah yang berada di depannya. Setidaknya kalau nanti dia dicuekkin oleh yang lainnya, ia masih punya alasan untuk menemui Ibundanya yang berada di rumah Aldi juga.

“Ha-Halo.. Lagi pada main apa nih?” tanya Yuri gugup. Baru pertama kali ini ia mempunyai teman laki-laki yang umurnya hampir sama dengannya, hanya berbeda 2 tahun.

“Rii!! Kenalin. Nih, ini Aldi. Aldi kenalin, dia Yuri.” Ucap Kak Tika ketika Yuri dan Aldi berhadapan.

“H-Hai.. namaku Faldi Pratama. Tapi biasa dipanggil Aldi. Senang berkenalan denganmu.” Ucap Aldi menjulurkan tangannyan sembari menyunggingkan senyum yang terlihat sangat tulus dan polos. Yuri melihat senyumnya. Ia membalasnya dan menjabat tangan Aldi.

“Yuri.. Namaku Yurika Aerini.” Ucapnya singkat.

Yuri terlihat senang sekali. Ia senang bisa berkenalan dengan Aldi dan menjadi temannya. Setidaknya pikiran tentang Aldi selama ini tidaklah benar... Ternyata dia baik.

*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar