Jumat, April 26, 2013

SECARIK KERTAS


Ada suatu bagian dari diriku yang menolak keras ketika aku mendengar kabar itu.

Ketika aku membaca tulisan itu.

Ketika aku memperhatikan satu per satu kata yang tertera di sana.

Nama-nama yang tidak satupun aku kenal.

Hingga aku.. marah. Aku jengkel.

Aku tidak bisa menerimanya.


Lalu dengan bodohnya aku mencoba segala hal untuk merubah semua itu.

Padahal aku tahu, aku tidak punya kuasa akan hal itu.

Dan itu semakin membuatku kesal.

Tidak!

Lebih tepatnya putus asa.

Karena aku terlalu naif untuk mengakui semuanya. Menerima semuanya.

Kemudian, bagian diriku yang lain menolak.

Meminta aku untuk sabar dan ikhlas menerima.

Meronta-ronta pada jiwaku agar mengikutinya.

Dan aku mengikutinya.

Tapi bukan karena ia menang. Karena aku terlalu lemah.


Aku membiarkan kertas itu berlalu.

Sedangkan dua bagian diriku masih bergulat.

Memutuskan apa yang harus aku lakukan.

Aku pergi dan tahu banyak orang yang berebut akan kertas itu.

Ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi padaku.

Hingga aku tidak sanggup lagi.

Karena aku bahkan tidak bisa mengontrol diriku lagi.

Tangisku pecah.

Dan itu di hadapan teman-temanku!

Bisakah kau bayangkan?

Aku tahu ini sungguh memalukan.

Tapi aku membiarkannya.

Mereka membawakan kertas itu padaku.

Mengisyaratkan bahwa aku harus menyimpannya.

Dan kau tahu?

Aku masih menyimpannya sampai sekarang.

Tapi aku bersyukur. Sangat bersyukur akan kertas itu.

Kau tahu kenapa?

Padahal itu hanya secarik kertas, tetapi itu semua mengubahku.

Mengubah keadaanku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar