Selasa, Desember 31, 2013

My Own 2013

Mari kita review sejenak tentang apa yang sudah kita semua lewati pada tahun 2013 ini. Khususnya untuk diri saya sendiri.

Setahun yang lalu, saya masih berumur 17 tahun. Masih menjadi siswi SMA yang mempunyai cita-cita setinggi langit. Masih sibuk main, menikmati kebersamaan dengan teman-teman, dan galau ini-itu (sepertinya memang masih sampai sekrang juga ya hehe) oh iya, galau universitas juga. Gak kalah juga dari hebohnya anak SMA, yang selalu membesarkan segala sesuatu, dulu pas mau UAS ganjil, kita semua masih berkutat dengan tugas-tugas pelajaran yang mendadak ngantri minta diselesaikan dengan segera (--“), terutama ICT, kemudian Batik dan sebagainya. Padahal kalau dijalani, toh hasilnya sama-sama aja kan yah? Bakal selesai juga hehe. Kemudian ketika UN sudah mulai dekat, segala persiapan -yang sebenarnya telat banget- mulai dipersiapkan (?), try out segala macem, oh iya, gak ketinggalan, try out SBMPTN juga mulai banyak bertebaran. Yang pada akhirnya tidak ada hasilnya untuk diri saya.

Gak adil ya saya bicara seperti itu? Tapi memang itulah yang terjadi pada saya, tapi toh pada masa itu saya tidak mengetahuinya sama sekali kan. Oh iya, tapi kata orang “Tidak ada hal yang sia-sia” tentang apapun yang telah kamu alami.

Sesungguhnya, terkadang saya merindukan semua hal itu, masa SMA itu. Yang gak kalah penting pada masa itu adalah, saya masih menginginkan untuk menjadi seorang dokter yang merupakan cita-cita saya sedari kecil. Dan dulu, tidak pernah terpikirkan oleh saya juga, bahwa almamater saya yang sekarang adalah Sekolah Tinggi Akuntansi Negara.

Jujur sekali, saya sudah mengikhlaskan apa yang menjadi cita-cita saya dulu. Sudah bisa menerima bahwa ‘cita-cita saya sedari dulu’ bukanlah jalan saya. Namun, yang saya mau tekankan di sini adalah bahwa tidak mudah melewati semua ini. Tidak mudah melepaskan impian yang sudah kamu bangun sejak kecil ditambah dukungan orangtuamu juga, hanya dalam waktu singkat. Juga tidak mudah tidak mendengarkan apa kata orang lain. Seriously.

Tapi tidak ada yang salah atas semua ini, ini murni kesalahan saya. Saya akui itu.

Segala macam gelisah dan pertanyaan muncul dalam benak saya pada saat itu, mau menyalahkan keadaan juga percuma, tidak bisa merubah fakta yang telah terjadi. Mengubah takdir juga gak bisa. Menyalahkan oranglain? Ya ampun, hanya anak kecil yang melakukan hal seperti itu.

Disitulah letak ujian keikhlasan kita. Saya yakin, tidak hanya saya yang mengalami masalah ini, Tuhan tidak pernah memberikan ujian diluar batas kemampuan kita. Kita semua tahu hal itu, kitanya saja yang membesar-besarkan. Dan itu yang saya lakukan pada saat itu. Padahal yang kita butuhkan adalah sabar.

“Bahwa hidup adalah menerima, penerimaan yang ikhlas.”

Saya ingin berbicara padamu wahai yang membaca tulisan ini, Kalau Tuhan sudah berkendak dan itu bukanlah sesuatu yang kamu inginkan, maka Tuhan sudah memunyai cerita yang indah di suatu hari nanti. Yang mungkin tidak kamu sadari saat ini. Kalau Tuhan saja membiarkan hal ini terjadi padamu, percayalah itu adalah yang terbaik untukmu. Saya pun begitu, sampai sekarang saya masih belum tau apa tujuan Allah SWT. kepada saya, namun saya sudah sedikit merasakan manfaatnya, untuk saya, keluarga saya dan juga orang-orang di sekitar saya.

Sewaktu SMA –tepatnya setelah UN selesai- saya berpikir, ‘Akhirnya perjuangan kita selesai juga!’ tapi ternyata saya salah, justru.. perjuangan hidup sebenarnya adalah dimulai setelah itu. Mencari sekolah baru untuk dijadikan tempat belajar buat kita bener-bener susah lho.

Sekali penolakan gak masalah, tetapi beberapa kali penolakan itu baru masalah yang membuat kita khawatir (banget!). Tapi saya senang kok. Mengikuti beberapa kali ujian masuk perguruan tinggi itu pengalaman yang gak bisa ditukar dengan harga murah. Kenapa saya bilang kayak gitu? Karena banyak manfaat yang baru-baru ini saya sadari, kenangan yang gak bisa kita ulang kembali dengan teman, waktu dan tempat yang sama.

Hidup ini bukan seribet perdebatan kata “mafhum”atau “mahfum”.
 
Hidup ini juga tidak seribet penjelasan maksud “ Toh nenek sekarang juga gak ada di kosan.”

Bukan juga soal “Cepat sembuh ya teman-teman!”

Bukan juga soal “Maaf, Anda belum....”

Hidup ini juga bukan sesuatu yang kamu inginkan, lalu kamu mendapatkannya begitu saja, meskipun kamu memang harus membuat rencana-rencana yang kamu ingin wujudkan.

Hidup ini juga bukan seperti air yang mengalir, yang semakin lama akan semakin jatuh dan berakhir menggenang di got.

Tapi, hidup ini adalah belajar. Belajar mencari sesuatu yang tidak kamu tahu sehingga kamu tahu, belajar untuk membuat pilihan yang terkadang itu seperti hidup dan mati bagimu. Belajar untuk beradaptasi dengan lingkungan baru, teman baru. Belajar untuk menerima dengan ikhlas apa yang menjadi harapanmu ternyata tidak sesuai dengan kenyataan yang terjadi.

Guru saya sewaktu SMA pernah mengatakan, kira-kira begini “Kalau kalian berhenti belajar. Itu sama artinya dengan kalian mati. Karena hidup adalah belajar.”

Hidup adalah belajar. Iya, kita selalu belajar untuk berpindah. Belajar untuk berpindah dari suatu masa ke masa berikutnya. Berpindah dari yang tidak tahu jadi yang tahu. Berpindah dari kota sendiri ke kota orang lain. Berpindah dari yang tadinya anak mamih, jadi anak kos (-_-“). Berpindah keinginan dari kampus kuning ke kampus Ali Wardhana. Berpindah dari yang awalnya bersikap kekanak-kanakkan menjadi seorang yang dewasa.

Berpindah dari satu hati ke hati yang lain? Mm.. bisa jadi.

Setuju kan? Hehe

2013 banyak memberikan sesuatu yang baru untuk saya dan kamu –yang membaca tulisan saya ini-

Bukan sesuatu yang benar-benar baru kita kenal, tetapi sesuatu yang awalnya tidak kau sadari, kemudian kau belajar dan mendapat hikmahnya.

Ketika suatu ujian menghampiri hubungan pertemanan kita, ketika dua orang teman menyakiti hati saya, lantas pertemanan kita mau selesai begitu saja? Itu sih terserah. Tergantung pribadi masing-masing. Apakah egomu lebih besar dari rasa sayangmu? Tepatnya itu sih yang jadi kunci utama yang menentukan akhir cerita.
Bagaimana kita belajar memaafkan dan menerima kekurangan teman. Karena sejatinya, selalu, selalu ada kekurangan pada diri teman kita yang tidak bisa kita ubah, tetapi hanya bisa kita terima dengan sabar.

Kemudian hidup di lingkungan berbeda, kota berbeda, dengan orang-orang yang sebagian besar baru untuk kita. Oh iya, sekolah baru. (btw, saya menyebut sekolah, karena nama universitas saya pun Sekolah Tinggi Akuntansi Negara). Mendapat teman baru dari berbagai perbedaan SARA dan bagaimana kita saling memahami dan berbagi pengetahuan satu sama lain. Bagaimana kita menghargai dan menyayangi satu sama lain. Bagaiamana kita menjaga solidaritas dan saling membantu dalam belajar. Bagaimana ketika saya yang tidak terlalu suka terikat dengan aturan-aturan yang menyebalkan (sekadar informasi, orang-orang golongan darah B memang seperti itu) terpengarah mendengar kata-kata ini:

“Patuh itu bukan berarti rendah diri. Patuh itu mencerminkan kebesaran hati.”

Begitu sederhananya arti dari sebuah kepatuhan.

Dan itu semua.. baru di tahun ini saya merasakannya. hehe

Di tulisan ini, saya tidak bermaksud untuk sok tahu, sok dewasa, sok curhat atau apapun itu, saya hanya ingin berbagi pengalaman, berbagi cerita saya selama tahun 2013, mencoba untuk mengungkapkan apa yang ada di dalam kepala dan hati saya, yang menjadi pendapat saya. Karena tidak ada pendapat yang salah.

Jadi sekarang saya tanya, mana pendapatmu? 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar