Kamis, Juli 31, 2014

Kisah Gadis Cantik; Cerita Baru

Hai, lama kita tak berjumpa. Lagi-lagi, aku ingin bercerita padamu mengenai kisah dari gadis cantik. Izinkan aku menyampaikan kisah terakhir ini. Aku janji padamu bahwa ini adalah akhir dari kisah yang sanggup aku ceritakan padamu.Tetapi sebelum aku melanjutkan cerita ini, sebelum aku menyampaikannya padamu, aku ingin sedikit bercerita tentang diriku. Tolong izinkan aku.

Katakanlah... bahwa aku sedang patah hati. Sakit hati. Kau tentu tahu bagaimana rasanya bukan? Bagaimana kau merasakan yang namanya sakit hati, bagaimana ketika seseorang yang kau sayangi, namun orang tersebut bukanlah orang yang terbaik untukmu. Atau, ketika kau harus memilih, di antara 2 orang yang kau sayangi, padahal dua-duanya sangat berarti untukmu, dan kau tahu, yang satu memang (harus kau akui) bahwa kau lebih membutuhkannya, namun harus segera (cepat atau lambat) kau harus memilih salah satunya. Itulah yang sedang aku alami. Bingung kah? Aku pun bingung bagaimana harus menjelaskannya padamu.

Aku tidak ingin membuat salah satunya sakit, namun ketika aku memilih pun, aku yang sakit. Setiap keputusan selalu memiliki resiko kan, yah? Setiap resiko pasti selalu mengorbankan salah satu pihak, dalam kasusku, lebih dari satu pihak.

Minggu lalu, aku dilamar. Dan kuberitahu, bahkan sampai hari ini pun, aku belum memberikan jawabanku kepada lelaki yang melamarku, padahal ia sudah datang ke rumahku kemarin untuk meminta jawaban dariku. Tapi, entahlah, aku hanya diam dan meminta waktu. Aku bingung harus menjawab apa, rasanya memberi keputusan IYA atau TIDAK kemarin adalah sesuatu yang sangat sulit, yang sungguh aku katakan padamu.. rasanya seperti tenggorokanku tercekat. Tidak bisa menjawabnya. Orangtuaku pun tidak mengetahui jawabanku apa. Sampai-sampai kedua orang tua kami (aku dan laki-laki itu) merasa kecewa. Dari raut wajahnya pun sangat terlihat.

Namun, yang tidak habis pikir, lelaki itu, dia berkata bahwa dia akan menunggu sekali lagi untuk mendapat jawabanku. Jadi, aku tidak bisa apa-apa dan aku membolehkannya untuk menunggu sekali lagi.

Ia pulang dan berjanji akan datang minggu depan di Hari Jumat. Hari itu, aku harus menyampaikan jawabanku.

Aku pergi ke kantor hari ini seperti biasa. Sudah hampir 2 tahun ini aku tidak bertemu dengan gadis cantik, sahabatku yang aku rindukan. Sungguh aku merindukannya, namun aku tidak memunyai nomor teleponnya sejak poselku yang lama hilang. Aku putus komunikasi dengannya. Dan entah mengapa, ia tidak mencoba menghubungiku. Atau mungkin ia kesulitan untuk menghubungiku. Aku tidak tahu. Semoga ia baik-baik saja. Dan semoga, aku bisa dipertemukan dengannya hari ini.

Aku menjalani hari ini tanpa memikirkan kejadian kemarin. Aku ingin bersikap biasa, dan aku tidak ingin terlalu dipusingkan oleh itu. Entahlah. Sudah cukup aku merasa gelisah, dan aku tidak mau membawanya ke urusan pekerjaanku. Hingga pekerjaan ini selesai, hingga aku kembali lagi ke rumah.
*

Aku pulang ke rumah setelah semua pekerjaanku selesai. Aku tahu, aku harus mendiskusikannya kepada orang tuaku. Karena bagaimanapun, aku butuh saran mereka. Namun hal yang mengejutkan kembali terjadi padaku.

Gadis cantik itu sedang duduk di sofa ruang tamu rumahku. Aku senang bukan main! Ia tersenyum padaku dan mengucapkan salam serta menyapaku. Ibuku berkata bahwa ia telah menunggu hampir satu setengah jam. Ia tidak tahu kalau aku sekarang sudah bekerja (Ia juga bekerja), Ibuku menyuruhku untuk menemaninya terlebih dahulu. Dan segera, ibuku meninggalkan kami berdua.

Aku tahu, jika Gadis Cantik datang ke rumahku. Pasti, ada sesuatu yang ingin disampaikannya. Dan begitu pula aku! Ya Tuhan, terima kasih! Aku membiarkan ia untuk bercerita lebih dahlu.

Ia tertunduk. Tahu bahwa saat aku menatapnya dalam, ia bahkan tidak bisa membohongiku. Namun, wajah cantiknya tetap tidak bisa hilang meskipun ia menunduk, meskipun ia sedih, meskipun ia sedang menutupi sesuatu apapun dalam hatinya. Aku tahu itu. Ya Tuhan, aku sangat tahu itu.

Namun, apapun yang akan ia sampaikan padaku, kumohon, janganlah sesuatu yang buruk. Janganlah sesuatu yang membuatku merasa sakit karena kesedihannya. Atau setidaknya, meskipun aku tahu kemungkinan besar bahwa itu sesuatu yang membuatnya sedih, aku tidak ingin lebih menyakitinya dengan cerita yang ingin aku sampaikan.

“Sebulan yang lalu, aku di lamar.”

Aku terlonjak kaget. Oleh siapa?

“Seseorang itu bukan Mahameru ya?” tuduhku.

“Iya.”

“Dan jawabanmu?”

“Aku menerimanya.”

Bagaimana mungkin? Apakah itu alasannya? Semua kemungkinan berkecamuk di dalam pikiranku. Namun, sebisa mungkin aku menjaga perasaanku untuk tetap tenang.

“Mengapa?” aku bertanya lemas.

“Mm.. tidak semua yang kau ingikan baik untukmu kan? Mungkin itu yang terjadi padaku. Bertahun-tahun aku mengharapkannya, namun Tuhan tidak memberiku jawaban Ya atas harapanku. Tuhan menjawabnya lain.”

“Apakah Mahameru tidak datang ke rumahmu?”

“Ia datang. Jauh sebelum calon suamiku datang ke rumahku.”
Apa? Lalu mengapa....

“Dulu aku berdoa, aku ingin Mahameru lah yang pertama datang ke rumah orangtuaku. Dan Tuhan menjawabnya iya. Namun meskipun ia yang pertama datang, Tuhan menjawabnya tidak untukku.”

“Lalu apa alasanmu menolaknya?”

“Orangtuaku yang menolak.”

Ya Tuhan... hatiku lebih sakit daripada sebelumnya. Mengapa engkau menggariskan sebuah jalan yang sangat sulit baginya? Mengapa engkau sangat menguatkan hatinya. Dan mengapa, untuk kesekian kalinya, kau membuatku iri padanya.

Aku iri. Aku iri dengan ketegaran hatinya. Aku iri bahkan saat ini ia bercerita, ia tidak menangis sama sekali. apakah aku jahat, Tuhan? Mengapa harus kami berdua yang mengalaminya?

Mengapa ia begitu baik hati. Mengapa ia bisa sangat mementingkan orangtuanya dibandingkan perasaannya. Mengapa di zaman seperti ini, bahkan masih saja ada hal-hal berbau Siti Nurbaya? Sekali lagi, mengapa aku tidak bisa baik seperti dirinya.

Aku menitikkan air mataku, yang segera dihapus oleh tangan lembutnya.

“Hei, jangan sedih. Aku baik-baik saja. Sungguh, lagipula calon suamiku, ia pasti lebih baik dari Mahameru. Iya kan?”

Aku mengangguk.

“mengapa orangtuamu menolaknya?”

“Alasannya, karena usia kami.Kita tahu bahwa aku dan Mahameru hanya terpaut satu tahun.Dan orangtuaku berkata bahwa perempuan pasti akan lebih cepat menua dibandingkan laki-laki.Sudah banyak bukti yang menunjukkanya, karena itulah fakta yang terjadi. Dan aku menyadari juga membenarkan hal itu. Meskipun dalam hati kecilku, aku berteriak bahwa usia bukanlah masalah, bahwa tujuan dari kita menikahlah yang menjadi masalah. Karena sejatinya, tujuan menikah adalah untuk beribadah bukan? Untuk mencari surga dari Tuhan kita, dan itu tidak dilihat dari usia”suaranya sangat parau.

“Tapi aku tidak bisa tidak patuh pada kemauan orangtuaku. Aku tidak ingin Tuhan marah padaku karena tidak patuh pada mareka.Ridho dari orang tua kita, maka itu adalah ridho Tuhan kita juga kan? Apakah aku benar mengambil keputusan ini, sahabatku?”

Air mataku menetes lebih banyak. Aku menyakitinya, sekarang ia bertanya padaku apakah keputusan itu benar? Namun sebenarnya yang ingin dia tanyakan adalah, apakah aku sanggup melepaskan Mahameru? Aku tahu itu.

“Aku menyanyangimu, Gadis Cantik. Dan aku tahu, setiap keputusan yang kau ambil pasti atas pertimbagan yang matang. Namun, aku tidak yakin akan perasaanmu. Mungkin waktu yang akan menjawabnya.”

“Begitu ya...”

“kapan dirimu akan menikah, Gadis cantik?”

“Insya allah, bulan depan.”

“Maka kau harus menyiapkanya dengan sangat baik!”

“Insya allah. Terima kasih karena telah mendengarkanku.”

“Sama-sama. Kau tahu...”

“ya?” tanyanya agak penasaran.

“Aku pun di lamar.Minggu lalu. Dan aku belum tahu akan menjawab apa.”

“oh ya? Mengapa?”tanyanya semakin penasaran sekaligus heran dan bingung.

“Karena kamu, Gadis cantik.”

“Aku?”

“Ya. Kau tahu, aku bingung bukan main bagaimana aku bisa bertemu denganmu dan bagaimana harus bercerita padamu.”

“Aku di sini sekarang. Jadi, kau bisa menceritakannya.Jadi, siapa yang melamarmu?”tanyanya setengah meledekku. Tidak ada kesedihan yang sebelumnya ada di benaknya terlihat di wajahnya sekarang.

“Aku dilamar Mahameru.”

Ia terdiam.. juga tersenyum.
*

Bismillahirrohmanirrohim...

Aku ucapkan selamat padamu dari lubuk hati yang paling dalam.

Aku turut bahagia melihatmu bahagia di hari ini. Aku harap begitu.

Kau tau, sakit rasanya ketika harus mengucapkan selamat kepada kalian, di hadapan kalian, menyalami tangan kalian, hari ini. Ketika aku harus benar-benar melepaskanmu. Aku mohon maaf karena lancang sekali berkata seperti ini sedangkan kau sendiri sudah bersuami. Tapi aku masih mencintaimu. Dan mungkin, akan selalu mencintaimu sampai nanti.

Aku tidak tahu mengapa bisa begitu. Padahal sejak awal pun, kita tidak pernah sedikitpun berinteraksi. Namun, aku selalu menyukai setiap caramu. Dan aku masih memikirkan bagaimana aku bisa dengan bodohnya melewatkan masa SMA kita dengan begitu saja.

Tidak mengucapkan, “Hai!” kepadamu, barang sekali saja. Hah, penyesalan selalu datang terlambat.

Mungkin kau sudah mendengar darinya. Ketika aku melamarnya, aku pun ditolak. Sepertinya aku masih harus memperbaiki diriku. Dan kini aku pun tahu, bahwa aku sangat tidak pantas bersanding denganmu. Laki-laki yang berdiri di sampingmu lah yang sangat pantas.

Aku tidak meminta balasan darimu atas surat ini. Aku harap, setidaknya, aku masih bisa berbicara denganmu, Gadis Cantik. Untuk terakhir kalinya.

Sekali lagi, selamat. Kia tidak pernah tahu seperti apa jalan hidup kita. aku bahagia, semoga aku bisa menyusulmu. Terimakasih karena memberikan kenangan yang sedikit, tapi sungguh berkesan. Terima kasih atas tulisan-tulisan yang selama ini kau tulis dan kau simpan untukku. Aku sudah menerimanya.

Setidaknya, aku jadi lebih banyak tahu tentang dirimu. Hehe.

Salam,

Mahameru.
*

Aku rasa, aku sudah membuat keputusan yang tepat. Ketika Gadis Cantik menyuruhku untuk menerima Mahameru, karena ia senang jika melihat Mahameru bersamaku. Hatiku mengatakan tidak. Maafkan aku, gadis Cantik. Aku tidak sependapat denganmu. Aku mementingkan perasaanku.Aku tidak ingin kecewa.Dan aku bersyukur, Mahameru mau menerima jawabanku, begitu pula orangtuaku.

Oh iya, sebelum aku mengakhiri ceritaku yang panjang ini, biarkan aku menyampaikan surat yang diberikan Gadis Cantik untuk Mahameru, ya? Begini isi suratnya :

Terima Kasih.

Tuhan kita menyuruh kita untuk tetap saling menjaga silaturrahim, ya? Jadi, mengapa harus bilang untuk terkahir kalinya? kita bisa saling bertukar kabar kok.

Oh iya, aku sungguh sangat menantimu meraih kebahagiaanmu, juga menyusulku secepatnya. Ssst, aku juga mencintaimu. Jangan bilang-bilang ya!

Satu lagi, Mahameru itu... lelaki yang baik.

-selesai-



1 komentar: